Nokia Corporation mengumumkan pemotongan tenaga kerja besar-besaran menyusul kerugian penjualan dan langkah penghematan yang akan diterapkan.
Produsen ponsel Nokia ini mengatakan akan memfokuskan produksi mereka di beberapa pabrik Asia. Dalam pernyataan yang dikutip The New York Times, Rabu
8 Februari 2012, Nokia akan memotong hingga 4.000 karyawan produksi
dari tiga pabrik, yaitu 2.300 karyawan di Komarom, Hungaria, 700 orang
di Reynosa, Meksiko, dan 1.000 orang di Salo, Finlandia.
Pembicaraan
merumahkan karyawan juga dilakukan oleh anak usahanya, yang merupakan
perusahaan patungan dengan Siemens, Nokia Siemens Networks. Produsen
perangkat jaringan telekomunikasi seluler terbesar kedua dunia ini
tengah membicarakan langkah merumahkan 4.000 buruh di Finlandia dan
Jerman.
Kantor berita Reuters, 1 Februari melaporkan,
langkah efisiensi dan restrukturisasi massal itu mengharuskan Nokia
Siemens mengurangi hampir seperempat dari total karyawan mereka saat ini
demi menghemat pengeluaran sekitar US$1,31 miliar atau sekitar Rp11,8
triliun per tahun.
Pemotongan jumlah pegawai bagi Nokia
sebenarnya bukan kali ini saja. Pada April tahun lalu, Nokia mengatakan
memecat 4.000 tenaga kerja di Inggris, Denmark, dan Finlandia. Nokia
juga akan melakukan pengurangan pegawai di beberapa pabriknya pada akhir
tahun ini.
Pengurangan jumlah tenaga kerja di Nokia menyusul
menurunnya penjualan hingga 21 persen tahun lalu akibat semakin tidak
populernya sitem operasi yang dipakai Nokia, Symbian. Di lantai bursa,
nilai kapitaliasi pasar Nokia juga menurun hingga US$1,5 miliar pada
kuartal keempat tahun lalu.
Penghematan juga dilakukan Nokia
untuk ongkos pengembangan ponsel pintar yang bekerjasama dengan
Microsoft. Salah satu produknya yang telah dipasarkan adalah Nokia Lumia
yang menggunakan sistem operasi Windows.
Pabrik-pabrik di
Komarom, Reynosa, dan Salo tidak akan lagi memproduksi ponsel, hanya
mengembangkan perangkat lunak dan aplikasi bahasa. Produksi di
negara-negara ini dialihkan ke pabrik Nokia di Masan, Korea Selatan, dan
Beijing. Wilayah ini dipilih karena dekat dengan perusahaan pengadaan
komponen dan distribusi barang.
"Mengalihkan produksi ke Asia
dimaksudkan untuk mempercepat waktu penjualan kami. Bekerja dekat dengan
pemasok, kami yakin dapat mempercepat Nokia dalam memperkenalkan
inovasi baru ke pasar dan semakin meningkatkan daya saing," kata Niklas
Savander, Wakil Presiden Eksekutif Nokia untuk ponsel pintar.
Mundur dari Bursa Jerman
Permasalahan
tersebut telah membuat saham Nokia berguguran. Saham Nokia di bursa
saham New York Stock Exchange dalam setahun terakhir ini telah anjlok
55,58 persen menjadi US$5,21 pada Rabu 8 Februari.
Karena alasan tekanan ini, pada akhir November memutuskan mundur dari bursa saham di Frankfurt Stock Exchange (FSE), Jerman.
Volume
perdagangan saham Nokia diketahui terus mengalami penurunan selama
beberapa tahun terakhir. Perdagangan saham Nokia di FSE termasuk yang
paling kecil di antara saham Nokia di bursa efek lain di dunia.
Sebelumnya, Nokia juga pernah mengajukan delisting dari
tiga bursa efek utama dunia. Pada 2003, Nokia keluar dari bursa saham
London, Inggris. Setahun kemudian delisting dari bursa saham Paris, dan
terakhir 2007 keluar dari bursa Stockholm.
Kalah Tarung?
Dikutip dari laman mashable.com, Nokia kini tengah dililit sejumlah masalah untuk mempertahankan kinerja perusahaan di tengah persaingan yang makin ketat.
Ponsel pintar Nokia dengan cepat kehilangan pangsa pasar, karena
kalah bersaing dengan ponsel pintar yang berjalan pada platform Google
Android, seperti Samsung, HTC, LG, dan produk lain. Pesaing lain dari
Nokia adalah Apple.
Sebenarnya, langkah Nokia menggandeng
Microsoft dengan mengadopsi Windows Phone 7 merupakan strategi bagus.
Namun sayang, strategi ini tak banyak menolong Nokia dan menghadang laju
Google dan Apple.
Saat ini, Nokia masih tercatat sebagai
perusahaan pembuat telepon genggam terbesar di dunia. Namun, kekayaan
perusahaan telah berkurang selama 10 tahun terakhir seiring
kepemimpinannya di pasar telepon genggam yang makin menurun.
Tak
pelak, restrukturisasi perusahaan pun harus dilakukan. Nokia harus
melakukan pemotongan anggaran, memberhentikan sejumlah pegawai, menutup
pabrik, dan mengoperasikan pekerja outsourcing.
sumber: VIVAnews
sumber: VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar