Meskipun debut Android Ice Cream Sandwich (ICS) dilakukan pada akhir tahun lalu, saat ini masih banyak orang-orang yang menunggu upgrade ke versi terbaru itu. Lambannya upgrade ini dipengaruhi beberapa hal.
Diwartakan Brighthand, Senin (30/4/2012), Jean-Baptiste Queru, Lead Technical Developer untuk Android Open Source Project mengemukakan beberapa alasan mengenai hal itu.
Pertama, Queru menunjukkan bahwa ICS secara signifikan berbeda dengan Android 3.2 Honeycomb. Bahkan akan tampak perubahan drastis bila dibandingkan dengan Andorid 2.3 Gingerbread. "Ice Cream Sandwich sangat berbeda ketimbang Honeycomb dan upgrade dari Gingerbread mungkin perlu waktu lebih lama karena perbedaannya besar," terang Queru.
Menurutnya, ponsel cerdas bukanlah sebuah kotak kosong yang bisa langsung mengadopsi sistem operasi tersebut. pembuat perangkat perlu menyesuaikan sistem operasi ICS untuk masing-masing modelnya.
Hal kedua yang mempengaruhi upgrade adalah ketertundaan yang disebabkan penyedia jaringan. Mereka harus memberikan persetujuan terhadap setiap rilis upgrade dan itu hanya akan diberikan setelah dilakukan berbagai tes.
Namun, proses ini tidak dilakukan pada tablet yang tidak memiliki koneksi radio nirkabel. Hal serupa juga berlaku bagi ponsel cerdas yang dijual tidak melalui operator dan dalam keadaan unlocked.
Hal terakhir yang mempengaruhi adalah fragmentasi dalam perangkat Android. Ponsel cerdas dan tablet berjalan dalam berbagai versi Android sebagai akibat cara penanganan upgrade sistem operasi ini.
Data terrakhir yang dikeluarkan Google menunjukkan sekira 64 persen perangkat berjalan menggunakan Android 2.3. Sisanya terbagi antara sistem operasi 2.2 (23 persen), 2.1 (6 persen), 3.x (3,3 persen) dan bahkan versi 1.6 serta 1.5 (sekira 1 persen. Lima bulan setelah Google merilisnya, angka adopsi ICS kurang dari 3 persen.
Inilah yang disebut dengan fragmentasi. Akibatnya, para developer hampir mustahil menguji perangkat lunaknya di setiap versi, kecuali setelah aplikasi itu dirilis.
Diwartakan Brighthand, Senin (30/4/2012), Jean-Baptiste Queru, Lead Technical Developer untuk Android Open Source Project mengemukakan beberapa alasan mengenai hal itu.
Pertama, Queru menunjukkan bahwa ICS secara signifikan berbeda dengan Android 3.2 Honeycomb. Bahkan akan tampak perubahan drastis bila dibandingkan dengan Andorid 2.3 Gingerbread. "Ice Cream Sandwich sangat berbeda ketimbang Honeycomb dan upgrade dari Gingerbread mungkin perlu waktu lebih lama karena perbedaannya besar," terang Queru.
Menurutnya, ponsel cerdas bukanlah sebuah kotak kosong yang bisa langsung mengadopsi sistem operasi tersebut. pembuat perangkat perlu menyesuaikan sistem operasi ICS untuk masing-masing modelnya.
Hal kedua yang mempengaruhi upgrade adalah ketertundaan yang disebabkan penyedia jaringan. Mereka harus memberikan persetujuan terhadap setiap rilis upgrade dan itu hanya akan diberikan setelah dilakukan berbagai tes.
Namun, proses ini tidak dilakukan pada tablet yang tidak memiliki koneksi radio nirkabel. Hal serupa juga berlaku bagi ponsel cerdas yang dijual tidak melalui operator dan dalam keadaan unlocked.
Hal terakhir yang mempengaruhi adalah fragmentasi dalam perangkat Android. Ponsel cerdas dan tablet berjalan dalam berbagai versi Android sebagai akibat cara penanganan upgrade sistem operasi ini.
Data terrakhir yang dikeluarkan Google menunjukkan sekira 64 persen perangkat berjalan menggunakan Android 2.3. Sisanya terbagi antara sistem operasi 2.2 (23 persen), 2.1 (6 persen), 3.x (3,3 persen) dan bahkan versi 1.6 serta 1.5 (sekira 1 persen. Lima bulan setelah Google merilisnya, angka adopsi ICS kurang dari 3 persen.
Inilah yang disebut dengan fragmentasi. Akibatnya, para developer hampir mustahil menguji perangkat lunaknya di setiap versi, kecuali setelah aplikasi itu dirilis.
0 komentar:
Posting Komentar